Judul: Erdogan Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki
Penulis : Syarif Taghian
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Cetakan : Pertama, Oktober 2012
Tebal : xv + 518 Halaman
DUNIA Arab kini dipengaruhi dua kekuatan penting yang mengambil peran besar dalam membantu kemerdekaan rakyat Palestina. Sikap tegas Turki di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan dalam kasus kapal perdamaian Mavi Marmara, membuat mata tertuju pada Turki. Juga keberpihakan Mesir pada Palestina, juga membuat jalan bantuan ke negara itu terbuka.
Turki dan Mesir yang semula menjadi sekutu dekat Israel dan Amerika, kini tampil jadi pembela hak-hak rakyat Palestina. Satu keberanian yang tak sanggup dilakukan Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Negara Arab lainnnya.
Pembelaan terang-terangan yang dilakukan Turki, membuka mata dan telinga masyarakat internasional, bahwa Negara yang bergelar “The Sick Man in Europe” itu telah bangkit. Ia kini mampu bersikap tegas, di tengah hegemoni negara penjajah Israel dengan sokongan Amerika.
Lalu siapa Erdogan ? sepak terjangnya yang membuat kudeta tanpa senjata, telah melahirkan perubahan besar di dalam negeri dan membuat wibawa Turki meningkat di masyarakat dunia. Turki yang dulunya dikuasai rezim Attarturk dengan kebebasan gaya barat, perlahan dibawa ke kehidupan Islami.
Langkah Erdogan jelas mendapat tentangan besar anjing-anjing sekularisme yang biasa hidup mewah dengan menggerogoti uang rakyat. Sayang mereka tak lagi mendapat simpati, karena rakyat sudah bosan dengan kehidupan sekuler yang jauh dari nilai-nilai keislaman.
Perjalanan Erdogan ke posisi tampuk kekuasaan, bukanlah mudah. Karirnya bersinar saat menjadi Walikota Istanbul. Ia berhasil mengalirkan air ke rumah-rumah penduduk, setelah bertahun-tahun kesulitan air bersih.
Kota Istanbul yang kumuh dan jorok, menjelma jadi kota hijau nan bersih. Perhatian pada fakir miskin sangat tinggi, sehingga simpati rakyat pada Erdogan makin besar.
Kala berada di puncak ketenaran, pihak sekuler mencium gelagat tidak baik dalam diri Erdogan. Sepenggal puisi karya Ziya Gokalp akhirnya mengantarkan dirinya ke penjara. Erdogan di tuduh telah menjadi ancaman negara dan menjadi sumber perpecahan kelompok agama.
Dengan diiringi 500 mobil pendukungnya menjelang Idul Adha, Erdogan masuk dalam penjara. Sebelum itu ia berpesan, agar para pendukungnya tidak melancarkan aksi protes. Ia minta mereka dewasa dengan cara memberikan suara di bilik-bilik pemungutan suara.
Dari penjara, Erdogan kemudian menyusun kekuatan baru dalam perpolitikkan di Turki. Ia memperkenalkan dirinya sebagai sosok moderat, tak lagi militan seperti sebelumnya. Tepat pula saat itu, Partai Refah dibubarkan pihak militer, karena dianggap ancaman bagi kehidupan sekuler.
Membaca buku ini, sungguh terasi asik. Pembaca akan menjadi lebih mengenal sosok Erdogan, muadzin Istanbul penakluk sekularisme Turki. Apalagi bagi politikus beragama Islam, sosok erdogan bisa menjadi inspirasi dalam usaha menegakkan marwah negara di panggung dunia internasional. Jika ada kudeta tidak berdarah, itulah yang dilakukan Erdogan di Turki saat ini. Akhirnya, jilbab berdasarkan paham kebebasan sekularisme bisa kembali berada di jalan-jalan dan parlemen Turki. Senjata sekularisme yang menghargai kebebasan, digunakan dengan manis oleh Erdogan, untuk menghilangkan sekularisme secara perlahan-lahan. Buku ini menjadi sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Peresensi: Hendri Nova
Penulis : Syarif Taghian
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Cetakan : Pertama, Oktober 2012
Tebal : xv + 518 Halaman
DUNIA Arab kini dipengaruhi dua kekuatan penting yang mengambil peran besar dalam membantu kemerdekaan rakyat Palestina. Sikap tegas Turki di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan dalam kasus kapal perdamaian Mavi Marmara, membuat mata tertuju pada Turki. Juga keberpihakan Mesir pada Palestina, juga membuat jalan bantuan ke negara itu terbuka.
Turki dan Mesir yang semula menjadi sekutu dekat Israel dan Amerika, kini tampil jadi pembela hak-hak rakyat Palestina. Satu keberanian yang tak sanggup dilakukan Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Negara Arab lainnnya.
Pembelaan terang-terangan yang dilakukan Turki, membuka mata dan telinga masyarakat internasional, bahwa Negara yang bergelar “The Sick Man in Europe” itu telah bangkit. Ia kini mampu bersikap tegas, di tengah hegemoni negara penjajah Israel dengan sokongan Amerika.
Lalu siapa Erdogan ? sepak terjangnya yang membuat kudeta tanpa senjata, telah melahirkan perubahan besar di dalam negeri dan membuat wibawa Turki meningkat di masyarakat dunia. Turki yang dulunya dikuasai rezim Attarturk dengan kebebasan gaya barat, perlahan dibawa ke kehidupan Islami.
Langkah Erdogan jelas mendapat tentangan besar anjing-anjing sekularisme yang biasa hidup mewah dengan menggerogoti uang rakyat. Sayang mereka tak lagi mendapat simpati, karena rakyat sudah bosan dengan kehidupan sekuler yang jauh dari nilai-nilai keislaman.
Perjalanan Erdogan ke posisi tampuk kekuasaan, bukanlah mudah. Karirnya bersinar saat menjadi Walikota Istanbul. Ia berhasil mengalirkan air ke rumah-rumah penduduk, setelah bertahun-tahun kesulitan air bersih.
Kota Istanbul yang kumuh dan jorok, menjelma jadi kota hijau nan bersih. Perhatian pada fakir miskin sangat tinggi, sehingga simpati rakyat pada Erdogan makin besar.
Kala berada di puncak ketenaran, pihak sekuler mencium gelagat tidak baik dalam diri Erdogan. Sepenggal puisi karya Ziya Gokalp akhirnya mengantarkan dirinya ke penjara. Erdogan di tuduh telah menjadi ancaman negara dan menjadi sumber perpecahan kelompok agama.
Dengan diiringi 500 mobil pendukungnya menjelang Idul Adha, Erdogan masuk dalam penjara. Sebelum itu ia berpesan, agar para pendukungnya tidak melancarkan aksi protes. Ia minta mereka dewasa dengan cara memberikan suara di bilik-bilik pemungutan suara.
Dari penjara, Erdogan kemudian menyusun kekuatan baru dalam perpolitikkan di Turki. Ia memperkenalkan dirinya sebagai sosok moderat, tak lagi militan seperti sebelumnya. Tepat pula saat itu, Partai Refah dibubarkan pihak militer, karena dianggap ancaman bagi kehidupan sekuler.
Membaca buku ini, sungguh terasi asik. Pembaca akan menjadi lebih mengenal sosok Erdogan, muadzin Istanbul penakluk sekularisme Turki. Apalagi bagi politikus beragama Islam, sosok erdogan bisa menjadi inspirasi dalam usaha menegakkan marwah negara di panggung dunia internasional. Jika ada kudeta tidak berdarah, itulah yang dilakukan Erdogan di Turki saat ini. Akhirnya, jilbab berdasarkan paham kebebasan sekularisme bisa kembali berada di jalan-jalan dan parlemen Turki. Senjata sekularisme yang menghargai kebebasan, digunakan dengan manis oleh Erdogan, untuk menghilangkan sekularisme secara perlahan-lahan. Buku ini menjadi sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Peresensi: Hendri Nova
Sumber : http://hendrinova.blogspot.com/2012/12/erdogan-sang-penakluk.html
1 komentar:
Nice info kak
follow up ittelkom-sby.ac.id
Posting Komentar