Kamis, 30 Januari 2014

Kampung Seni Manglayang, Kenalkan Budaya Sunda




INILAH.COM, Bandung - Ingin mengenal lebih banyak soal kebudayaan Sunda? Kampung Seni dan Wisata Manglayang, bisa menjadi salah satu rujukan.

Bukan hanya keasrian alamnya, pengunjung ke kawasan yang berada di Jalan Jalan Cijambe-Cibolerang, Kampung Cibolerang Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung ini bisa belaja seni budaya melalui berbagai pertunjukan seni dan budaya serta pemberian materi secara langsung.

Sayangnya, kampung seni dan wisata seluas 1,2 hektare itu vakum. Padahal sejak diresmikan pada 2007 lalu, tempat ini tak pernah sepi pengunjung. "Situasi dan kondisi yang mendorong untuk kita menonaktifkan sejak dua tahun yang lalu," kata Ria Dewi Fajaria yang bersama suaminya, Abah Kawi mendirikan Kampung Seni dan Wisata Manglayang, beberapa waktu lalu.

Meski dibangun sendiri oleh pemiliknya, lahan itu tampak tetap layak untuk dikunjungi para wisatawan yang datang ke Bandung. Meski terlihat kosong, beberapa saung masih berdiri kokoh. Bahkan, di sana lengkap dengan sarana peribadatan khas perkampungan.

Di tengah kampung, terdapat sebuah panggung terbuka. Selain panggung, ada juga tembok barisan untuk para penonton. Ada juga panggung beratap rumbia namun tetap tak bertembok. Sekian banyak saung itu masing-masing dihubungkan dengan jalan setapak berupa barisan batu templek yang disusun rapi. Jadi, jangan khawatir ada genangan air jika turun hujan. Rimbunnya pepohonan menambah asri kawasan.

Di Kampung Seni dan Wisata Manglayang itu, wisatawan dapat mencicipi berbagai aneka panganan khas Sunda. Mulai dari lotek, keripik singkong, peuyeum, hingga rangginang disediakan warga sekitar.
Pengunjung bisa mendatangi kawasan ini setiap hari. Jika datang dengan rombongan dan diagendakan, pada Senin-Sabtu itu pengelola menyediakan waktu untuk memberikan materi seni dan kebudayaan. Setiap akhir pekan digelar berbagai pertunjukan hiburan Sunda mulai dari pukul 20.00 WIB hingga larut malam.

Agar tak membosankan, setiap pekan itu pertunjukan yang digelar berbeda-beda. Ada wayang golek, pertunjukan seni benjang, tari jaipongan, hingga pertunjukan perpaduan seni tradisional dan modern seperti nyanyian pop Sunda.

Kawasan wisata budaya ini memang tepat untuk dikunjungi bersama keluarga dan rombongan. Selain bermain, anak-anak pun dapat menambah pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda. Berbagai dolanan tradisional dimainkan di tempat ini. Seperti egrang, gasing kayu, karet gelang, bebedilan yang menggunakan senjata bambu dengan peluru kertas basah pun dapat dicoba di tempat ini.

Beberapa rumah panggung dengan dinding bambu dan beratap rumbia pun ada di kampung ini. Saung itu memiliki fungsi khusus. Misalnya saung kamonesan yang berisi benda-benda menarik, seperti topeng dan wayang golek. Lalu, di saung lisung terdapat alat tradisional yang biasa digunakan untuk menumbuk padi.

Alasan lain yang menyebabkan ditutupnya kampung itu, kata Ria, karena Abah Kawi kini melanjutkan pendidikan S3-nya di ISI Yogyakarta. Ria menyebutkan, sejak awal pendirian kampung itu memang bukan uang yang menjadi tujuan. Untuk bisa masuk saja, kata dia, pengunjung tidak harus membayar tiket sebagaimana tempat wisata lainnya.

"Untuk membangun puluhan saung yang ada di sini dan biaya perawatan itu kita tanggung dengan uang sendiri. Dan dari awal, kita membangung kampung ini bukan untuk mencari uang, tapi berkreativitas," tuturnya yang meyakini kekuatan seni itu ajaib.

Selain itu, karena banyak pihak yang berkunjung ke tempatnya kini telah banyak 'kloningan'. Satu di antaranya berada tak jauh dari tempatnya. Kampung serupa pun kini dibangun di Tangerang, Cilacap, Banten, Kutai, hingga Malaysia.

"Jadi, sekali lagi, Kampung Seni dan Wisata Manglayang yang di sini itu dihentikan. Kalau ada yang mau berkunjung ke tempat lain dan kebetulan kampung seni yang berada di atas yang sudah dibangun, silakan ke sana," ucap Ria sambil tersenyum. [rni]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites